Senin, 18 Mei 2009

yang Haq dan yang Batil...2


Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.(QS. 13:17)

Allah menurunkan air hujan dari langit yang mengandung awan, lalu mengalirkan air hujan itu di berbagai lembah yang lebar dan yang sempit sesuai dengan ukurannya. Arus itu akan menimbulkan banyak buih di permukaannya yang merupakan gumpalan buih yang ikut bergerak dengan arus air dan banyak pula yang berserak-serak di sampingnya, sehingga bila ada angin kencang yang meniup, maka buih itu akan segera lenyap dari pandangan mata. Itulah perumpamaan yang pertama yang dikemukakan oleh Allah swt. tentang kebenaran dan kebatilan dan tentang keimanan dan kekafiran.
Dan dari berbagai logam seperti emas, perak, besi, perunggu dan timah ada yang oleh seorang ahli perhiasan dan pandai besi dilebur dalam api untuk membuat perhiasan dan alat-alat keperluan rumah tangga, pertanian, pertukangan dan perindustrian. Inilah perumpamaan yang kedua. Demikianlah Allah membuat perumpamaan bagi yang benar dan yang batil. Kebenaran dan kebatilan itu bila bercampuran, misalnya seperti arus air yang campur dengan buih itu, atau seperti logam yang dibakar yang sama-sama juga mengeluarkan buih berupa kotoran atau karat yang semula melekat pada logam itu, kemudian terpisah karena pengaruh api yang membakarnya. Maka sebagaimana buih yang berada di atas arus air akan lenyap setelah ada tiupan angin, dan buih yang berada di atas logam yang sedang dibakar akan hilang pula karena terbakar api, maka demikian pula perkara yang batil akan hilang musnah bilamana datang hak dan kebenaran yang menimpa kepadanya. Adapun buih itu akan hilang di pinggir lembah, atau tersangkut pada pohon atau ditiup angin. Demikian pula kotoran atau karat yang semula melekat pada logam itu akan habis terbakar, dan yang tinggal tetap di bumi hanya yang memberi manfaat saja kepada manusia, yaitu airnya yang dapat diminum, digunakan untuk mengairi tanaman yang bermanfaat bagi manusia dan binatang. Emasnya digunakan untuk perhiasan dan logam-logam yang lainnya untuk alat rumah tangga, pertanian dan sebagainya. Dari kedua perumpamaan itu dapat diambil pengertian, bahwa Allah swt. telah menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad saw. kemudian disampaikan ke dalam hati manusia yang semuanya tidak sama keadaan dan persiapannya untuk menerima ayat-ayat Alquran itu. Masing-masing mempunyai ukurannya tentang bacaannya, pengertiannya, hafalannya, pengamalannya, yang ayat Alquran itu menjadi unsur kehidupan kerohanian dan kebahagiaan hidup sebagaimana air menjadi sebab hidupnya semua makhluk.
Di antara tanah yang ditimpa hujan itu ada yang tandus tidak dapat menumbuhkan tanam-tanaman, hanya sekadar menyimpan air saja, yang dapat dijadikan sumber penampungan air jernih. Ada pula tanah yang subur yang setelah disiram dengan air hujan itu dapat menghasilkan bermacam-macam hasil bumi. Itulah air yang manfaat bagi manusia dan binatang-binatang. Di antara logam yang dilebur dalam api seperti emas dan perak, tembaga, perunggu dan timah ada yang dijadikan alat rumah tangga, pertukangan, perindustrian dan sebagainya. Orang mukmin diumpamakan seperti air dan logam yang dimanfaatkan oleh manusia dan binatang-binatang, dan buih semula bercampur kemudian lenyap dengan tiupan angin dan buih logam yang habis pula dibakar dengan api adalah tamsil bagi kekafiran dan kebatilan yang akhirnya mesti hancur bila berhadapan dengan hak dan kebenaran, sesuai dengan firman Allah:

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
Artinya:
Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap."
(Q.S. Al-Isra': 81)
Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan yang indah yang dapat menjelaskan kepada manusia apa yang masih dipandang sulit oleh mereka tentang masalah-masalah agamanya agar supaya jelas perbedaannya antara yang hak dan yang batil, antara keimanan dan kekafiran sehingga dapatlah ditempuh jalan petunjuk kepada kebahagiaan dan dihindari jalan yang dimurkai Tuhan dan yang menyesatkan.
Dengan memperhatikan perumpamaan-perumpamaan yang tepat dan baik itu niscaya umat Islam akan menjadi sebaik-baiknya umat yang dikeluarkan untuk menjadi teladan kepada umat yang lain. Tersebut dalam hadis Bukhari dan Muslim yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asyari:

إن مثل ما بعثني الله من الهدى والعلم كمثل غيث أصاب أرضا
Artinya:
Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutus padaku adalah seperti air hujan yang menimpa bumi.
Di antaranya ada sebagian bumi yang menerima air itu, lalu menumbuhkan rumput dan tanam-tanaman dan ada pula tanah yang tandus hanya menyimpan air saja, lalu Allah memanfaatkan air itu kepada manusia yang meminumnya dan mempergunakannya untuk mengairi kebun-kebun tanamannya dan ladang-ladangnya, dan ada pula sebagian tanah yang keras tidak dapat menyimpan air (karena letaknya miring) dan tidak menyerap air, sehingga tidak menumbuhkan tanaman apa-apa. Itulah perumpamaan bagi orang yang memahami agama Allah dan memanfaatkan ajaran agama yang Allah mengutusku untuk menyampaikannya kepada manusia, sehingga ia mengetahui dan mengajarkannya (kepada orang lain), dan tamsil bagi orang (kafir) yang sama sekali tidak memperhatikan dan tidak menerima petunjuk Allah yang mengutusku untuk menyampaikannya. Diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah:

مثلي ومثلكم كمثل رجل استوقد نارا فلما أضاءت ما حولها جعل الفراش وهذه الدواب التي يقعن في النار يقعن فيها وجعل يحجزهن ويغلبنه فيقتحمن فيها فذلك مثلي ومثلكم أنا آخذ بحجزكم عن النار، هلم عن النار فتغلبوني فتقتحمون فيها
Artinya:
Perumpamaanku dengan kamu adalah bagai seorang laki-laki yang menyalakan api. Ketika api itu sudah menerangi tempat-tempat di sekelilingnya, mulailah serangga-serangga dan binatang kecil yang beterbangan itu berjatuhan ke dalam api, berebut menerobos ke dalamnya dan orang itu mulai menghalangi, kemudian dikalahkan oleh serangga-serangga, masuklah serangga itu ke dalam api. Itulah seperti perumpamaan Aku dan kamu. Aku menghalang-halangimu dari api sedang kamu merepotkan aku dan menerobos masuk ke dalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar