Senin, 14 November 2016

Serba Serbi Perdapuran

Berikut ini adalah pengetahuan semacam life hack tentang "perdapuran".  Saya mendapatkannya dari salah satu teman di grup whatsapp yang saya ikuti. Saya baca-baca dan hmm..isinya menarik dan kemungkinan besar bermanfaat. So, saya tergerak untuk mendokumentasikannya di sini agar tidak hilang begitu saja. Sayang kan kalau info bagus cuma dibaca dan setelah itu bye..bye...??

Oke, this is it, "Perdapuran"!!



Tips Keren Seputar Dunia Perdapuran.

  1. Agar telur  rebus tidak susah dikupas, jangan lupa celupkan kedalam air es saat telur tersebut baru matang/masih panas. 
  2. Agar cabe tidak meletup-letup ketika digoreng, jangan lupa tusuk atau lukai sedikit cabe tersebut dengan pisau sebelum digoreng. 
  3. Saat mencuci kangkung, arnong/selada air atau genjer serta tanaman air lainnya jangan lupa dibilasan pertama bubuhkan sesendok garam lalu diamkan sejenak agar binatang-binatan kecil yang mungkin hidup dibatang dan daunnya mati. Biasanya yang hobi nongkrong disitu lintah, keong, ulat dan cacing air (brokoli dan kembang kol juga sering ada ulatnya, jadi jangan lupa pula gunakan cara ini).
  4. Agar tahu lebih awet ketika disimpan, cuci bersih dengan air, kemudian siram dengan air panas, setelah itu lap dengan tisu dapur, simpan didalam tupperware, tutup rapat, kemudian letakkan didalam kulkas. Insyaa Allah bisa tahan hingga 1 minggu.
  5. Untuk mengetahui telur busuk atau tidak bisa gunakan tes apung air, jika mengapung diatas air itu tandanya telur sudah busuk.
  6. Ketika akan mengocok telur untuk berbagai macam kue, pastikan telur dalam keadaan suhu ruang (bukan dingin karena baru keluar dari kulkas, hal ini bisa membuat adonan tidak mengembang).
  7. Jika menyimpan sayuran di dalam kulkas, jangan pakai tas plastik kresek, tapi gunakan koran dan atau majalah bekas. Sebab dengan cara ini bisa mencegah air embun sayuran menggenang yang bisa mengakibatkan sayur cepat busuk.
  8. Untuk menetralisir bau dalam kulkas, belah kentang dan letakkan di rak kulkas, kentang bisa menghilangkan bau tak sedap dalam kulkas.
  9. Agar ikan tidak lengket di penggorengan, gunakan wajan yang khusus untuk menggoreng, jangan sekali-kali menggoreng ikan diwajan yang pernah atau sering dipakai untuk menumis, sebab sudah pasti ikan goreng akan lengket dan hancur ketika dibalik, bisa juga olesi sedikit garam ke wajan sebelum dituangi minyak goreng.
  10. Untuk menghilangkan rasa panas ditangan akibat terlalu lama berkontak dengan cabe atau sambal (kata orang jawa tangan wedhangen), bisa dilakukan dengan cara cuci bersih tangan dengan sabun sampai 2 atau 3 kali, kemudian di lap, dan masukkan tangan kedalam beras, benam dan remas-remas beras sebentar. Fiuuhhhf, dijamin rasa panas ditangan akan hilang.
  11. Agar mata tidak pedih ketika mengiris bawang merah, letakkan wadah berisi garam disamping talenan, dengan cara ini Insyaa Allah ampuh menghindarkan mata dari rasa pedih.
  12. Agar beras tidak dikunjungi kutu beras, letakkan sebungkus plastik yang berisi beberapa sendok kopi bubuk, kemudian beri sedikit lubang pada plastiknya. Kutu beras tidak suka aroma kopi. Jadi Insyaa Allah dia tidak akan berani datang ke beras.
  13. Jika peralatan masak kusam akibat noda dari bumbu yang berwarna seperti kunir/kunyit, atau panci yang terlalu sering dibuat merebus air jadi kekuningan. Segera ambil sesendok baking soda, beri sedikit air, gosok-gosokkan ke panci, diamkan sebentar, lalu bilas. Jika masih ada noda bisa diulang lagi.
  14. Agar kembang kates, daun kates/pepaya dan pare tidak terlalu pahit ketika dimasak, baiknya sebelum ditumis di rebus sebentar di air rebusan daun jambu biji (caranya, rebus air, ambil beberapa lembar daun jambu biji, tunggu hingga mendidih, masukkan daun jambu, tunggu +- 5 menit, masukkan kembang/daun pepaya/pare) diamkan sebentar, matikan api. Baru setelah itu tiriskan dan siap untuk dimasak sesuai selera (kalau daun pepayanya untuk kulupan, bisa direbus hingga matang bersama daun jambu biji).
  15. Agar tempe tidak mudah busuk, jangan simpan didekat garam.
  16. Jika menyimpan daging di freezer, pastikan daging tidak keluar masuk freezer berulangkali, karena hal ini bisa membuat bakteri berkembangbiak. Sebaiknya potong-potong dulu dagingnya sesuai dengan perkiraan kebutuhan per tiap kali masak dan simpan di plastik kecil-kecil secara terpisah, sehingga ketika akan mengambil bisa ambil seperlunya saja.

Tips Membuat Status di Media Sosial

Membuat status facebook, hmmm...sepertinya sepele tapi ternyata tidak sedikit yang kesulitan membuatnya. Ada yang bingung mau bikin status apa, ada yang ga pede dengan status yang dibuat (cuma hal kayak gini kok dibikin status), ada yang udah ngetik panjang dibaca lalu, ga jadi deh..

Di sisi lain ada yang sangat menikmati membuat status facebook, hampir tiap hari bikin status, bahkan ada yang menghasilkan fulus lewat status yang dibuat. hmm..pasti banyak yang seneng nih kalau yang ada hubungannya nambah fulus. hehe..


Nah, bagi kamu yang kesulitan bikin status facebook, berikut ini ada rangkuman tips cara bikin status di media sosial. Kece tipsnya..dan bukan asal status. Yang bikin tulisannya mbak Indari Mastuti, itu tuh si teteh yang menggerakkan perempuan untuk menulis dengan membuat komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis. Tulisan yang dibikin oleh mbak Indari ini merupakan rangkuman hasil sharing yang dilakukan via live facebook tanggal 14 November 2016. Bentuk tulisannya memang terkesan tak beraturan tapi hmm jangan salah, isinya sarat ilmu, rugi deh kalo ga baca sampai ujung. hehe..

Seperti apa tipsnya, langsung deh, check this out!!

#5-1
Materi hari ini adalah MENYETATUS DI SOCIAL MEDIA itu GIMANA SIH?
Emangnya gimana?  :))

#5-2
Ada yang susah nggak cuman buat nyetatus aja di facebook?
Social media kita FACEBOOK ajalaaah yang dibahas, da saya mah maennya di facebook doang xoxoxo

#5-3
Iya cuman facebook, dari tahun 2009 sampai sekarang nggak berubah, CUMAN FACEBOOK doang modal saya berteman dan berjualan
Kalau kamuuuh?

#5-4
Maklumlah emak-emak kayak saya mah musti kenalan dan pindah komplek socmed susaaaah
Belum tentu tetangganya ramah...
Belum tentu nyari temennya gampang...
Belum tentu ada yang mau beli dagangan...
Jadi Socmed itu kuanggap komplek rumah  :)

#5-5
Beneran loh mak, socmed ibarat KOMPLEK PERUMAHAN
Ada tetangga yang ramah
Ada yang jutek
Ada yang egois
Ada yang nggak mau kerja bakti
Ada yang usil
Ada yang pemarah
Beuuuuuuuh beragam orang ada di komplek kita __*

#5-6
Tapi....
Meski beragam orang ada di komplek perumahan kita, tetaplah kita yang mengatur kondisi hati kita
Sama yang pemarah, ya jangan ikutan sensi
Sama yang jutek, ya tetap aja ramah
Sama yang nggak mau kerja bakti, jadi ladang pahala
Sama yang usil, bolehlah dibogem #ekh wkwkkwk
#5-7
Kata si emak:
Susanti Rahayu Lebih banyak orderan dari FB teh..
---- sama kayak akuuuh
Bibit Supriyati Nyoba ig juga teh
----- duuuh asyek uuuy, punya rumah di komplek baru
Novi Novitasari Skrg mendua dengan IG teh
------ tajirlaah
Nolasari Lebih banyak orderan dr marketplace
------ nggak gaul ih di komplek sendiri hiks
Setya Hariningsih Saya paling banyak di facebook, krn sdh sedikit personal branding. Mau coba personal branding di ig blm begitu faham metodenya
------- aaaduuuh, tetanggaan yuuuuk
Elleanorshop Owner saya pakai Facebook, facebook ads, IG WA dan BBM, tapi yang lebih banyak closing tuh di marketplace teh itu yang saya suka di FB sepi order mulu
------- kurang akrab ya sama tetangga?
Tuuuh kan, Mak? Facebook itu kayak Komplek Perumahan kaaaan?:)

#5-8
Kalau udah lama di facebook TAPI:
Jualan nggak laku
Temennya sedikit
Nggak ada yang nginbox
Dicuekin sama temen
Artinya kita ASING di KOMPLEK RUMAH SENDIRI
Jangan-jangan.....hmmmmm

#5-9
Seru kan kalau tinggal di komplek rumah teruuuuus:
Tetangga hobi banget kirimin makanan
Tetangga kepo ama jualan kita
Tetangga manis banget kasih senyuman
Jangan-jangan.....kita memang MENYENANGKAN *aheeem

#5-10
Maaaak, tetangga juga males aaah sama tetangganya yang suka:
Ketok pintu terus nawarin barang
Nyampah di halaman rumahnya sama dagangan
Uuuuuu, mereka marah maaaak
BUkannya jualan laku, malah pintu rumah dan pintu halaman langsung dikasih tanda:
-
-
-
-
STOP BERTETANGGA AMA ELO!

#5-11
Nah itulah kira-kira gambaran KOMPLEK PERUMAHAN kita
Sooo, mau jadi tetangga seperti apakah kita?
Kalau sayaaaah mau jadi tetangga yang:
Manis...
Menyenangkan...
Dikangenin...
Biar:
Jadi kayak GULA dooong di komplek, kemana perginya kita dikerumunin tetangga
Rinduuuuuuu pengen netangga

#5-12
So Maaaak, pleaseeee
Berhentilah JUALAN di komplek
T A P I
Mulailah JALIN HUBUNGAN!
#5-13
Kata si emak:
Imelda Hutagalung: Artinya? Jgn jualan di wall..
Boleh kok mak jualan!
Sapa bilang nggak boleh jualan?
T A P I kalau:
1. Cara jualannya bener
2. Jalin hubungannya lancar
biar nggak bikin ilfil doooong

#5-14
Kata Mak Imelda Hutagalung: Harus bikin toko sendiri alias Fanpage?
Haaalaaah nggak juga, Mak!
Kalau Fanspage saya bilang bukan KOMPLEK PERUMAHAN tapi MALL  :)
Saya kan nggak juga main di Mall, mainnya ya di komplek  :)

#5-15
Saya cuman jadi salah satu pemilik rumah di komplek facebook yang KEBETULAN JUALAN
T A P I...
Saya masarinnya dengan MENJALIN HUBUNGAN

#5-16
Kagak ngerti menjalin hubungankah?
Heuuuum...
Begini, Mak...
Saya suka BERTEMAN
Saya suka BERINTERAKSI DENGAN TEMAN
Saya suka NETANGGA
Saya suka BANTU TETANGGA *awas jangan dibilang ri'ya hehehe
Saya suka KASIH TETANGGA HIBURAN
Itu yang bikin "menurut saya": Saya jadi punya banyak teman di komplek ini

#5-17
Gampang banget deh menjalin hubungan
Cukup jadi TETANGGA yang AKTIF!

#5-18
Mak Vivin Nur Endahsari nanya: kalau emak-emak aktifnya gimana teh?
Gampaaang kalau di komplek Facebook mah:
1. Rajin ngomong di status
2. Rajin netangga dan kasih jempol
3. Sesekali muji kalau tetangga lagi ngomong
4. Ketok pintu dan ajak ngobrol seru
#5-19
Di komplek perumahan RAJIN NGOMONG (baca: rajin nyetatus) itu disukai apalagi kalau:
1. Nggak jaim
2. Nyenengin
3. Bikin tenang hati
4. Bikin geli
5. Jadi inspirasi
Bukan yang:
1. Nyolot
2. Bikin nafsuuu
3. Gosipin orang
4. Ghibah apalagi fitnah
5. Koar-koar berisik kayak penjual obat di alun-alun heuuu

#5-20
Inih si emak Nv Hijabbondowoso nyamber: Iya baru berani kasih jempol aja teh...soalnya mau komen juga takut dikira SKSD hihii
BAYANGIN ATUH MAK,
Kalau semua tetangga punya perasaan yang sama kayak si emak ini: pada takut dibilang SKSD: kayaknya komplek bakal SEPI  :)))
Lah, siapa yang mau ngeduluin SKSD syantiiiik xoxoxoo


#5-21
Ada lagi masalah si emak Imelda Hutagalung: Ini jd masalah baru.. Krna setiap hari punya puluhan teman baru..
Saya sih berusaha say thank u for confirm.. Tp untuk perhatiin status mereka, butuh waktu untuk menggilir kyknya bun..
ARTINYA apa coba?
Atuuuuh Mak, pan nggak 24 jam juga kita musti NETANGGA xoxoxo
Emangnya tetangga nggak punya kegiatan selain ngelayanin kite?
Ya tetep atur waktulaaaaah  :)
Nggak juga, 50 orang tetangga tiap hari didatangin, ya minimal 10laaaah dikasih SENYUMAN MANIS  :)

#5-22
Inih masalahmu mak Vivin Nur Endahsari yang nanya:kalau g pinter nulis gimana teh?  😭
SAMALAH sama rumah tetangga yang nggak semua PINTER  :)
Tapi karena mau jadi tetangga yang baik yang BELAJAR jadi pinter bertetangga  :)
Yang biasanya jutek, jadi agak ramah
Yang jarang senyum, jadi manis beneeer senyumnye
Yang pelit, mendadak jadi dermawan
Yang kasar, perlahan melembut
Yang nggak bisa ngomong, pelan-pelan bersuara
Kenapa? BELAJAR BERTETANGGA yang bikin hati jadi NYAMAN dan AMAN tinggal di komplek perumahan "Facebook"

#5-23
Kalau udah nyaman di komplek perumahan mah berasa di surga wkwkwk

#5-24
Kata Mak Helen Khairahijab Kediri: Sudah sampai kemana2 tp ttp enak di FB hahaha
Pasti gara-gara JALIN HUBUNGANnya SUKSES dan JUALANnya LAREEES di komplek kaaan?
#sebagai tetangga aku bangga!  :))))



#5-25
Emak Titin Maya bilang: Saya, bingung mau bikin status apa. Masak isinya jualan, curcol, anak...
GAMPANG itu mah!
Intip aja OCEHAN TETANGGAMU mereka lagi ngomongin apa  :)
Ikuti aja hot topiknya, asal: BUKAN GHIBAH xoxoxo
Lagipula bagusnya JADI DIRI SENDIRIlaaah
Mau jualan, dibalut CURCOL boleh  :)
Mau jualan, dibalut CERITA ANAK why not?
Jangan JUALAN MULUUUUU!

#5-26
Vivin Nur Endahsari: ini yg bikin mikirnya kelamaan  😂
Maksudnya kalau cerita DIBALUT?
Yaaaa EASY GOINGlah ngomongnya
Jangan banyak takut...
Jangan banyak gugup...
Jangan banyak khawatir...
Kan sayah udah ajarin teknik HEART SELLING  :)


#5-27
Kata si emak Fitri Purwanti: Nulis sih bisa teh tapi udah panjang lebar eh pas di baca kok kayak status alay yaah g jadi aplot.akhirnya yg d aplot cuma harga doang bhahaha
MAKANYA MAK, nggak usah panjang lebarlah, bikin SIMPLE ajeeee
Ngapain juga panjang-panjang, bikin dahi tetangga berlipat wkwkwk

#5-28
Kata mak Elsa Salsabila: Biasanya kalau sudah lama kita nggak interaksi dengan teman FB, postingan dia suka gak kelihatan. Di kanan timeline home, ada pengaturan.
YA GITU DEEEH
Pan di komplek perumahan juga kalau ada yang NGUMPET mulu mah NGGAK DIANGGAP
Kalau nggak dianggap ama tetangga, dianya juga jadi KUDET deeeh  :))

#5-29
Asyik ih tetanggaan sama mak Anna Heryadhi: Saling bertukar info dan makanan
INI kalau di komplek perumahan disebutnya ENDORS
Jadi endors nggak selalu musti sama orang beken, sesama tetangga bisa saling endors BIAR SALING LAKU DAGANGANNYA
T
A
P
I
Endorsnya jangan bikin ilfil juga dong ya, tereakin tetangga lain pake toa pulak  :))

#5-30
Kata Mak Setya Hariningsih: Bener...Seperti hari ini tadi, rasanya sueneng bgt. Habisnya punya tetangga baru, teh indari namanya
ALAMAK! Kita udah tetanggaan lama keleees, cuman baru sekarang aja kita bikin A R I S A N xoxoxoxo

#5-31
Kata mak Etik Yunita: Sejak ikut training dan grup nulis jadi makin terasah bakat bertetangganya...
Asyik kan, Mak punya tetangga? kan bisa saling BERBAGI!

#5-32
Masalah NYETATUS alias NGOMONG DI STATUS:
Kata mak Wiwin Pratiwanggini mah nyetatus dengan teknik Heart Selling itu lebih enak, lebih nyaman.. jadi diri sendiri hehehe...
Kata mak Janti Kristianti mah Heart selling asli bikin baper
Makanya selain ngajarin TETANGGA di sini, sayah mau berkunjung ke RW sebelah, yaitu di RW SURABAYA
Emak-emak ada yang di RW SURABAYA?  :)


L#5-33
Si emak Mustika Indahsari Tanjung: nah kalu kita udah sksd, tyus ditanya maap ini siapa ya??? jadi malu nga ya teh???  😁
Aduuuuh Mak, namanya juga KENALAN ama TETANGGA dan kita bukan SELEB, masa gitu aja langsung punduuuung
Maju teruslah kenalannya sampe bisa jadi SOHIBAN

#5-34
Emak Neneng Yulianti pan jadi baper: Saya suka melike atau merespon tetangga terkdang mmberikan slmt klo ada yg ultah tpi koq masih sepi juga yaa teh kompleknya
Udah JALIN HUBUNGAN lebih dari sekedar LIKE dan KOMEN nggak, Mak?
Lebih personal maksudnya, Mak _*


#5-35
Kata mak Icha Ummu Zubayr: iya teh, kadang suka gak pede nyapa2 duluan.. takut dicuekin mah
Kalau banyak TAKUTnya ya jadi KUPERlah, Mak
BIsnis nggak maju...
Temen nggak nambah...
Di komplek jadi kesepian...
Jangan IRI HATI loh ya sama yang jadi BINTANG di komplekmu, kan dia:
Lucu...
Ngemesin...
Ramah...
Perhatian...
Percaya diri...
Kalau kamuh? euuuuuu gimana inih si emak!  :))))

#5-36
Mak Kiky Lestari bapeer neh: Kalo kitaa rajin like in tapih kok yang saya like in ogah like balik yaa teh indari?
Laaah kan udah saya bilang, tetangga itu banyak macemnya
Ada yang jutek...
Ada yang ramah...
Ada yang asyik...
Yang penting kita dulu yang RAMAH, persoalan dia yang nggak balik ngeramahin kita itu mah persoalan lain, yang penting KITA MAH NYENENGIN DULU DAAAAAH
Tetangga perumahan kita ituh pan jutaan oraaaang, Mak..
Mau putus asa ama seratus orang? kagaaaaak!  :))


#5-37
Maaaak, tetanggamu ini udah nguantuuuuk poooool
Hoaaaaam....
ARISAN malam ini kita tutup dulu nyak _*
Pssst, boleh bungkus sisa kue? wkwkwkwk


Met malam mak keceeeh, saya pulaaang ke rumah yaaa
MISS ME!
I WILL MISS ALL OF YOU!
Sweet dream ^___*
#tetangga alay puyaaang  :))


BY Indari Mastuti

That's all ya...hmm gimana? berisi dan bergizi kan tipsnya??? langsung pengen bikin status kan? yuk, jangan lama-lama, langsung praktek.

Selamat mencoba ya!


Rabu, 12 Oktober 2016

Jalanan Pencabut Nyawa

Jalanan kini sudah tak ramah lagi. Tanggal 26 September 2016, ba'da maghrib, saat hujan deras terjadi kecelakaan di jalan yang tak jauh dari rumah saya. Jenis kecelakaannya adalah tabrak lari, yang menjadi korban adalah seorang bapak tua yang kejiwaannya agak terganggu dan jalannya pun terhuyung-huyung. Bapak ini sedang menyeberang, tiba-tiba dari arah timur sebuah motor menyambarnya, si bapak pun ambruk, motor penabrak pergi. Beberapa orang yang menyaksikan berlari hendak menolong. Naas, belum sempat ditolong motor yang lain datang menabrak persis bagian kepala si bapak. Motor kedua ini pun berlari pergi meninggalkan si bapak yang sudah tak sadar lagi. Beliau meninggal di tempat. Satu hari setelah kejadian itu, di jalan yang sama terjadi lagi kecelakaan. Saya tidak tahu detail kejadiannya, namun kecelakaan tersebut menyebabkan 2 orang meninggal dunia. Lalu kecelakaan kembali terjadi saat saya pulang kerja. Di depan RSUD Sleman 2 motor bertubrukan di depan mata saya. Satu sedang menyeberang, satu lagi lewat dengan kecepatan tinggi. lemas kaki saya saat menyaksikan kejadian tersebut. Seketika setelah kejadian tersebut, pemotor yang tadinya berkendara dengan kecepatan tinggi menjadi berjalan lebih pelan. Tubrukan dua motor tadi seakan mengingatkan kami para pemotor berkecapatan tinggi.


Jalanan kini tak ramah lagi. Entah mengapa semua orang serasa diburu waktu sehingga memacu kendaraan secepat-cepatnya. Menyeberang jalan menjadi sesuatu yang perlu jadi perhatian juga. Saat ini orang cenderung menyeberang bukan dengan menunggu jalanan menjadi sepi, tapi mengintimidasi yang sedang berjalan, menyudutkan, memaksa berhenti. Sebaliknya, perilaku memberi kesempatan kepada penyeberang jalan pun sangat menurun. Orang cenderung tidak mudah berhenti memberi kesempatan orang lain untuk menyeberang. rambu-rambu dan pembagian jalan pun kini banyak yang tidak ditaati. Setiap berangkat bekerja saya selalu melewati sebuah jalan yang belum lama ini dibuat searah, tapi para pemakai jalan hanya berjalan searah saat ada petugas dari Dinas Lalu Lintas dan Jalan Raya, saat tak ada petugas berjaga rambu pun tak dipedulikan lagi. Pembagian jalan pun kini menjadi agak kacau, bukan karena tidak dibagi, tapi karena orang tidak begitu mempedulikan, mereka ingin cepat sampai di tujuan, jadi dimana ada jalan yang kosong, disitu akan dipakai. Pengedara mobil masuk ke jalur motor, pengendara motor masuk ke jalur mobil, hal itu sudah biasa. Dan apa yang akan terjadi? kemacetan parah.


Apa yang akan terjadi dengan jalanan di kota ini 2 atau 3 tahun mendatang?



Kamis, 16 Oktober 2014

Rumah dan tangga

Well, saya adalah perempuan yang sudah menikah. Usia pernikahan saya alhamdulillah sudah 4 tahun. Masih panjang perjalanan, insya Allah. Jujur saja dalam perjalanan 4 tahun tersebut ada banyak suka dan duka. Karena hidup memang seperti itu, bukan? tawa tangis, suka duka, sedih bahagia, naik dan turun, semua itu pasti akan datang silih berganti, pasti. Namun bukan peristiwa-peristiwa itu titik tekannya, namun bagaimana menyikapi dan menghadapi segala peristiwa itu. Masih ingatkan dengan syukur dan sabar? Sia-sia dan berat rasanya jika kedua hal tersebut tidak menemani kita saat menghadapi berbagai peristiwa hidup. Syukur terhadap setiap nikmat yang didapat dan bersabar atas segala kesulitan yang sedang dihadapi. Benar-benar tak ada yang buruk pada kondisi seorang muslim, bersyukur dan bersabar.

Kembali lagi ke rumah tangga. Tak ada rumah tangga yang bebas dari ujian. harta, anak bahkan pasangan bisa menjadi wasilah datangnya ujian, meski juga wasilah kebahagiaan. Mengenai pasangan, dulu sebelum menikah saya membandingkan antara pasangan yang sedang dalam tahapan saling mengenal (pacaran) dan pasangan yang sudah menikah. Menurut saya adalah hal yang biasa bagi mereka yang pacaran (meski saya ga pacaran :)) lirak-lirik atau kadang ada pengkhianatan, sudah punya pasangan trus suka ke orang lain, dll. Dan menurut saya lagi, jika sudah menikah hal-hal seperti itu tidak akan ada, karena saat menikah kita telah menemukan "jodoh" kita. Tidak akan ada lirak-lirik, kalau godaan sih pasti ada tapi tetap, seorang yang telah menikah akan kembali ke suami atau ke istri. Namun ternyata saya salah. 

Ada banyak ketidaksetiaan yang saya jumpai. Bahkan yang tidak jauh dari saya, masih lingkup keluarga. Jeleknya hal-hal seperti itu berpengaruh pada saya. Ada banyak prasangka yang saya tuduhkan ke pasangan saya (Semoga Allah mengampuni). Selalu ada kekhawatiran saat pasangan saya intens berkomunikasi dengan lawan jenis, muridnya, teman kerjanya, atau teman-teman sekolahnya dulu. Saya jadi terkesan sangat posesif. Tapi sungguh, saya dibayang-bayangi hal yang membuat saya sangat khawatir dan membuat dada saya sesak. Kadang perut saya sampai kesakitan saat kekhawatiran-kekhawatiran tersebut muncul (stress memicu meningkatnya asam lambung). Dan yang pasti berpengaruh terhadap keharmonisan kami.

Karena saya lulusan psikologi saya sedikit menyadari kondisi saya ini. Bagaimanapun seluruh kekhawatiran yang saya miliki adalah gangguan psikologis. Mungkin bagian kecil dari Gangguan Kecemasan. Jika tidak segera saya atasi pasti akan memburuk. Saya pun mencoba introspeksi dan berfikir atas apa yang saya alami. Sungguh bukan hal yang mudah. Namun usaha tidak boleh berhenti. Saya pun mulai mengembalikan segala sesuatunya pada Yang Maha Menggenggam segala sesuatu. Dialah yang menguasai hati saya, hati suami saya. Doa terbaik untuk suami saya panjatkan padaNya. Semoga Allah menjaganya untuk terus tetap di jalanNya. Bagaimanapun harta, anak, suami, semua adalah titipanNya, amanahNya. Tugas saya hanyalah menjaga amanah tersebut dengan sebaik mungkin. Bukan tidak mungkin suatu saat yang menitipi akan mengambil titipanNya. Semoga jika saat itu tiba saya sudah bisa lebih bijak dalam menghadapi sesuatu.

Ada banyak wanita yang lebih dari saya. Lebih cantik, lebih pandai, lebih santun, lebih baik. Saat saya mengkhawatirkan mereka-mereka yang lebih itu saat berkomunikasi dengan suami saya maka saya akan tersiksa sendiri. Bersyukur dengan kondisi diri, selalu berusaha lebih baik, berdoa membentengi diri secara ruhani dengan ibadah wajib dan sunnah (karena prasangka adalah bagian dari godaan syetan), berprasangka baik denganNya dan dengan suami, semoga menjadi wasilah tenteramnya hati.Amin

Minggu, 31 Agustus 2014

RAHASIA SEDANG "FENOMENAL"

Oleh: Ahmad Imam Mawardi

Abad ini bisa disebut abad RAHASIA. Semua orang mencari yang rahasia, mungkin sudah bosan yang tidak rahasia. Ada yang menyimpan rahasia, ada yang mengungkap rahasia. Ada yang membuat segala sesuatu rahasia, ada yang membuat segala sesuatu tak rahasia.

Para penulis rupanya membaca trend ini, maka banyak sekali buku yang berjudul rahasia. Ada buku rahasia kaya, rahasia uang, rahasia sukses, rahasia bahagia, rahasia bisnis dan rahasia yang lain. Ada buku yang terkenal sekali tulisan rondha Byrne, judulnya The Secret, sudah difilmkan pula.
Saya tidak tahu apakah karena ikut trend ini, saya punya mahasiswa yang setiap bertanya pasti tentang rahasia, seperti: apa rahasia sukses Bapak, apa rahasia yang terkandung dalam al-Qur'an, apa rahasia dibalik kekalahan partai Islam, apa rahasia....? Sayangnya, ketika menjawab 4 pertanyaan di kuliah saya, dijawabnya "maaf rahasia". Akhirnya nilainya pun saya rahasiakan sampai sekarang.
Sahabat dan saudaraku, rahasia sesuatu atau seseorang hanya diberitahukan pada orang yang dekat dengan sesuatu atau seseorang itu. Rahasia shalat hanya diketahui oleh orang yang selalu shalat, rahasia al-Qur'an hanya diberikan pada yang dekat dengan al-Qur'an, dan rahasia kebahagiaan hanya diketahui oleh mereka yang dekat dengan sumber bahagia, yakni Dzat Sang Penentu serta Pemberi Rahasia.

Selasa, 20 Mei 2014

Wanita itu..

Wanita itu entah luar biasa, entah harus dikasihani.

mereka harus menyayangi, namun kasih sayang untuk mereka rawan untuk dibagi
mereka harus menghormati pria, harus melayani, harus memaafkan tapi juga harus maklum saat sang pria menyayangi yang lain di luar sana.

wanita..wanita..
mereka berjuang untuk menjadi istri yang baik
belajar memasak, mengusahakan pakaian suami dan anak bersih dan wangi, membersihkan rumah, berdandan agar suami selalu tertarik, selalu memasang senyum dan tidak cemberut.
Tapi apa balasnya, sang pria sibuk menggoda wanita-wanita lain.

wanita, katanya kau harus bisa bertahan dalam setiap keadaan
saat kau disayangi, saat kau dikhianati

wanita, saat kau berlaku benar takkan ada yang memuji
namun jangan sekali-kali berbuat salah, karena saat kau berbuat salah saat itu pula kau menjadi tak berharga.
jangan iri pada sang pria. karena wanita harus selalu maklum pada sang pria. Saat benar mereka harus dipuji, saat salah mereka tetaplah benar.

wanita, katanya harus selalu bangkit setiap kali jatuh dan tersakiti

aku wanita
bolehkah aku merasa lelah karena berkali-kali disakiti?

aku ingin protes padaNya..
mengapa pria diberi hak untuk berkuasa atas wanita?

Tuhanku Yang Maha Tahu..
Engkaulah yang mengetahui seberapa lelah aku, seberapa menderita aku..


Rabu, 04 Desember 2013

Positive Discipline

Tired of yelling? Learn about positive discipline, and how what you say - and how you say it - can get the results you want
 
Talking is the main way we instruct our children. We tell, explain, remind, praise, warn, encourage, and correct. So when it comes to discipline, the words you use  -- and the way you use them  -- play an enormous role in shaping your child's behavior. The same goes for how carefully you listen. If your child feels that you respect her, she'll be more likely to comply.
Here, some simple guidelines to help you make sure that when you speak to your child about her behavior, you won't be wasting your breath. Instead, you'll be using positive discipline techniques that are instructive, not destructive, and caring, not callous.
Adjust Your Attitude
Be calm. This is perhaps the simplest and most important communication skill to remember. Too bad it's not as easy as it sounds. Children have an impressive array of behaviors that drive parents bonkers. There's the endless grating wail of a whine, the out-of-control shrieks of a temper tantrum, the dogged persistence of "Why? Why? Why?"
Nevertheless, an even-keeled response will produce better results than will betraying how you really feel. A neutral tone communicates that nothing your child does or says will ruffle you. This can stop an escalating battle of wills in its tracks and help you preserve the upper hand. A calm demeanor can be contagious too, squelching your child's agitation.
Keeping mellow also allows you to think through a situation more rationally and avoid saying something rash that would undercut your authority. Few kids are going to believe an overblown threat like "Stop screaming or we're never coming to the playground again!"

Be confident. Or at least always look that way in your child's eyes. That means sticking to your convictions. Self-doubt is common when it comes to discipline. You think, Maybe he's right  -- I am being mean by saying no to just one more cookie. Or as your child collapses in a fit of protest on the sofa, you waver: Why did I turn off the TV  -- what's the harm in another half-hour video? In fact, there may be nothing wrong with either of those things. But reversing yourself only shows that you're malleable and sends your child the message that if she howls loudly or persistently enough, you'll cave.

Be connected. Be sure you have your child's attention before you start to speak. Saying "Time to get your coat on" while looking directly at him signals more urgency than if you distractedly call out those words while you're packing up a diaper bag and talking on the phone.
Call him by name, then wait until he looks at you before you begin to talk, or go to him. Kneel down to a toddler's or preschooler's eye level. If your child is gazing away, say, "Look at me" or "Let me see your eyes."
Make sure that your words, tone, and body language all send the same message. Kids as young as 2 can sense that a parent's tone changes the meaning of her words.

Avoid Negativity
 
Congratulate good behavior. You don't have to praise your child for every little action. But on balance, your directives and comments should be as much positive as corrective. Not all praise is alike, though; it's most helpful when it's specific and behavior-driven: "Thank you for reading to your sister while I was trying to finish the laundry. It made us both happy. You've really turned into a good reader." Unhelpful praise is generic: "You're so smart." "You're a good girl." The difference is that detailed praise gives a child useful, unambiguous feedback about her abilities.

Issue gentle reminders. When timed right, these help nudge a child toward good behavior. For example, as he's leaving the bathtub, say, "Please remember that wet towels go in the hamper, not on the floor." Reminders can help coach a child before you enter a dicey situation in which he's likely to act up. For instance, when heading into the store, tell him that you expect him to ride quietly in the cart and that he won't be able to run through the aisles.
Reminders can also serve as an intermediate step before advancing to punishment. If your child brings crackers into the living room and the rule is that he can't eat there, give a gentle warning. Remind him of the consequences too: "Eat in the kitchen or you won't be able to have any snack at all."

Present choices. Allowing your child to pick between two alternatives ("Do you want to put on your socks first or your shirt?") creates a win-win situation instead of one you risk losing by saying "Get dressed right now or we can't go." Offering a choice also helps her learn to think for herself and assume responsibility for her actions: "Using pot lids for cymbals is too noisy. You can either take them outside or make music with your xylophone instead."

Don't ask, tell. You'll circumvent unnecessary battles if you avoid phrases that invite the answer "No." "It's time for bed" is usually more effective than "Are you ready for bed?" "We'll leave the park after you go down the slide two more times" is a better bet than "Should we go home now?"

Try when/then. Kids are motivated more by the prospect of a reward than by a threat. It doesn't have to be a material incentive; letting your child know what will happen next puts a positive spin on the matter at hand. "When you've put away your train, then I'll bring out the play dough." "When I'm finished planting these flowers, then I'll play basketball with you."

Count to ten. If he doesn't comply with a request, say, "I'm going to start counting, and I'd like you to do _____ by the time I get to ten or else _____ will happen." Many kids can't resist a beat-the-clock challenge. Bonus: It's an easy way for you to keep calm. Be sure to follow through with your stated consequence if he doesn't do what he's supposed to.

Invite input. Tell a preschooler or an older child, "We have a problem. How do you think we can solve it?" This shifts the dynamics from parent versus child to the two of you together versus the problem.

Say "please" and "thank you." Model politeness in your interactions: "Please hang up your coat." "Thank you for cleaning up the spilled milk."

Focus Your Message
Be specific. You understand perfectly what you mean by the following phrases: "Be good," "Be nice," "Get ready for dinner." Your child, however, is more apt to comply with your wishes if you provide more details. Compare "Get ready for dinner" with "Dinner's almost ready. Please turn off the TV and wash your hands."
Remember that brief is best. Particularly with toddlers and preschoolers, use just a sentence or two to express your thoughts: "Put your bowl in the sink." "No eating grass." Even with an older child, limiting your message to the essentials works best: "Get your coat on or you'll be late for school." "Please don't use that tone of voice. It's not polite."
Stick to the core issue and a brief description of the consequences  -- nothing more. Say "Here's the dog's dish. You forgot to feed him" rather than "You forgot to feed the dog. Can't you tell he's hungry? How would you feel if I forgot to feed you? You didn't remember to take off your muddy shoes before you came in the house, either, I see."

Use "I" phrases, not "you" phrases. It's not the child who's unlikable or reprehensible, it's the behavior. Sentences that start with "I" subtly shift the emphasis of your displeasure from the child to the action. Compare "You slob! You forgot to put your dirty clothes in the hamper again" with "I don't like it when you leave your dirty clothes on the floor because they make it hard to walk through your room." Kids like to please their parents and are more willing to comply if it's to make you happy.

Don't overload. Make one request at a time. Young children forget or become confused when given too many directives. Wait for your child to wash her hands before you instruct her to set the table. When the table is set, then talk about sitting up straight or singing with a mouth full of food.

Make it catchy. This approach doesn't work for every message, not even if you're Shakespeare. But you can sometimes create catchphrases that stick in a child's mind. Classic examples: "Stop, look, and listen" (before crossing the street) and "If you hit, you sit." One mother signals time-outs by saying "That's enough. Stop and drop."

Follow Through
Be realistic. Don't make idle or dramatic threats: "One more complaint and we're never going to a restaurant again." "If you don't stop bickering, I'm going to let you out of the car right here." Your child won't believe you, and he might call your bluff: "Okay, so let me out." Now you've taught him nothing about the behavior problem and created a new battle to deal with as well.
Reward compliance. Acknowledge your child's efforts when he does what you ask or does the right thing. You needn't go overboard. Simply say thank you. Or "Good job!" or "I appreciate your putting away that toy so fast."

Respond to noncompliance. When you let yourself be ignored, your child learns that this is an acceptable response and he's apt to try it again and again. If you've taken the trouble to make a request or issue a warning, you've also got to follow through and see that the task is completed or a penalty meted out.

Don't harangue. It's important for a child to understand what she did wrong; tell her in a simple, straightforward way at the time of the transgression. After she's made amends or behaved correctly or you've made your point, it's over. Avoid retelling the story of your child's "badness" to others. Give her a clean slate. When you let her start from scratch, you'll help nudge her toward positive behavior in the future.

Excerpted from the Parenting Guide to Positive Discipline, by Paula Spencer with the editors of Parenting, to be published this month by Ballantine Books, a division of Random House, Inc.